Mengapa Luis Milla Harus Jadi Fondasi Sepakbola Tanah Air






Tiga pemain senior di usung dengan ujung tombak duet naturalisasinya, Stefano Lilipaly dan Alberto Goncalves, keduanya yang notabene sudah mengecap pengalaman tim senior dan sebagai ujung tombak di liga 1. Pengalaman keduanya memang masih abu-abu dan tergolong bukan pilihan terbaik menurut saya jika dibandingkan dengan pilihan lainnya. Namun begitulah pilihan Luis Mila dalam meramu taktiknya untuk mengarungi Asian Games kali ini.

Jujur, dengan group yang tergolong ringan sangat mudah bagi saya memprediksi bahwa indonesia akan melaju ke babak berikutnya, dengan skuad apa adanya saya yakin dengan nama siapapun bisa menghajar tim tim yang bukan merupakan unggulan di level asia. Tentu melaju dengan mudah, sempat terganjal di Palestina namun sisa pertandingan bisa dilewati dengan mudah.

Tantangan sebenarnya bukan dari UAE tapi justru setelahnya yaitu Korea Utara dan Jepang yang sudah punya tata usaha sepak bola yang mumpuni. Yang ane prediksi akan mulai jam 7 malam ternyata di timeline twitter sudah beramai membicarakan timnas bahkan berhastag #TimnasDay menjadi trending topic hari itu. Tak ingin melewatkan ane terpaksa streaming dilokasi kerja sore hari dan waktu sudah berjalan 31 menit.

Saya tak melihat permainan ini di babak penyisihan sebelumnya, pasalnya permainan yang diperagakan indonesia sungguh matang. Salah satu faktornya adalah meminalisir adanya kesalahan teknis individu, secara mengejutkan indonesia bermain tiki-taka ala spanyol. Membangun serangan dengan satu dua sentuhan, perlahan lahan lalu bermain taktis dan membahayakan lawan. Ada satu hal yang membuat saya yakin bagaimana ini terjadi.

Awalnya memang saya ragukan sekali Luis Milla apalagi notabene non prestasi yang dibawa, selain mahal, dia juga tak pernah muncul di media spanyol dimana ia dilahirkan. Namun media mulai memberikan panggung ketika luis milla menyutujui kontrak 2 tahun bersama timnas. Perubahan yang paling mendasar dan menjadi concern sejak saya melihat permainan indonesia yang gitu gitu aja akhirnya berakhir. Indonesia sejatinya mampu menjadi tim yang bermain atraktif. Dari Zulfiandi dan Evan Dimas memimpin lini tengah secara disiplin dan kompak membantu kekosongan, ada satu hal yang saya soroti adalah permainan dari kedua saya yang mampu menerobos bek lawan, tapi gerakan tanpa bola serta umpan silang yang sempurna membuat malam itu nampak spesial. Saya merasa tak pernah menonton sepak bola indah indonesia.

Patut diapresiasi, Indonesia selalu bermain dengan cara tak pernah berubah meskipun pelatihnya bergonta-ganti, serangan balik ditambah dengan permainan long ball yang seolah mengharapkan keajaiban dari kaki boaz salossa atau irfan bachdim. Tapi kali ini, saya melihat kemungkina Indonesia yang memiliki peluang dalam melakukan serangan, meskipun masih sering mentah, namun permainan yang atraktif membuat daya kreatifitas pemain semakin tinggi, tentu saja akan berbanding lurus dengan peluang mencatk gol yang semakin besar.

Malam itu menunjukan indonesia yang tak biasa, dan memperlihatkan gaya bermain sepak bola menyerang yang sesungguhnya.

Comments