Perlukah Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia?


Sepak bola nasional selalu saja menarik diperbincangkan. Setelah Pangkostrad Letnan jendral Edy Rahmayadi resmi mengakusisi kursi nomor wahid di PSSI, perubahan besar mulai diusung dari beliau. Salah satunya adalah membawa mantan pelatih israel berkebangsaan spanyol, Luis Milla sebagai penopang timnas 2 tahun mendatang. Selain itu, demi memenuhi ambisi timnas menyambut Asian Games, beberapa kebijakan diusung untuk dapat memperkokoh skuad garuda salah satunya mendatangkan pemain - pemain berstatus naturalisasi.

Tak pelik, beberapa nama pemain yang berada di benua biru sedang menjadi sorotan publik lokal, nama - nama baru mulai bermunculan salah satunya ezra walian, pemain junior ajax yang merumput di belanda adalah langkah kongkrit PSSI untuk memperkuat skuad asuhan Milla. Tak tanggung - tanggung, pemain berdarah italy indonesia, emil audero, sebagai kiper ketiga juventus akan menjadi target utama mereka dalam project timnas ini. Besar harapan adalah dengan datangya para pemain yang mengecap pengalaman merumput di eropa dapat berdampak positif pada performa timnas yang akan datang. Namun, ada beberapa pro dan kontra dalam mencapai target timnas dengan mengandalkan naturalisasi.

1. PERSAINGAN ANTAR PEMAIN

Salah satu alasan paling mendasar tujuan dari datangnya pemain naturaliasi adalah terbukanya persaingan antar pemain lokal dengan pemain naturalisasi. itu artinya ada kompetisi tersendiri didalam internal skuad timnas sehingga mampu mendapatkan pemain terbaik dari yang terbaik disetiap lini. Namun, jika pemerintah dan PSSI "keblabasan" dengan menaturalisasi pemain tanpa adanya seleksi yang ketat, justru akan jadi boomerang bagi timnas sendiri, pasalnya banyak contoh strategi naturalisasi yang justru sia-sia. Banyak pemain lokal yang performanya jauh lebih bagus ketimbang lainnya. Dengan ketergantungan timnas dengan pemain naturalisasi berakibat pada tidak adanya tempat untuk pemain lokal yang lebih berpotensi.


2. JADWAL MAIN YANG BENTROK

Jika kita menilik pada jadwal liga indonesia dan international break, yang sering terjadi adalah tidak adanya kejelasan dan kesinambungan antar dua jadwal ini. Pasalnya jadwal liga biasanya tidak sesuai di setiap musimnya, dilain sisi hal yang paling mencolok adalah jadwal timnas bertanding lebih banyak dilakukan diluar jadwal international break. Dengan begitu, pemain - pemain yang bermain di liga Eropa akan kesulitan dalam membagi jadwalnya dengan klub dan tim nasionalnya. Bahkan AFF dijalankan bulan desember yang notabene adalah jadwal terpadat liga Eropa salah satunya Premiere League. Jika PSSI mampu melihat sisi ini, mereka akan memperhatikan jadwal bermain untuk klub lokal dengan tim nasional, namun yang terjadi  PSSI belum mampu mengatur jadwal liga indonesia yang bertabrakan dengan satu sama lain.


3. TURUN KASTA

Ada beberapa hal yang menjadi alasan mereka "mau" dipanggil timnas, salah satunya adalah kalah bersaing dengan tim nasional "satunya". salah satu contoh yang dapat kita ambil adalah Camoranesi kala itu, dia memiliki dua paspor italia dan argentina. Dia adalah pemain juventus keturunan tandeli, asli argentina dan hijrah ke italia di tahun 2003. Berjayanya Mauro Camoranesi di Serie A menyebabkan dirinya jatuh hati pada negara tersebut sehingga dia memilih untuk bergabung dengan skuad Gli Azzuri (Panggilan Timnas Italia). Camoranesi cukup jeli melihat keadaan, dia tahu dia akan gagal bersinar dengan adanya Messi, Lavezzi, Tevez, dan Di Maria di skuad Rosanero (Julukan Timnas Argentina). Alasan inilah yang menyebabkan untuk lebih memilih membela timnas yang lebih menghargai jasanya. Bisa jadi beberapa nama yang ada di eropa merasa dirinya akan sulit menembus skuad utama di timnas negara eropa sehingga opsi membela indonesia menjadi pilihan yang menarik.


4. KETERGANTUNGAN

Jangan sampai terlarut dengan kemewahan yang disuguhkan para pemain naturalisasi sehingga melupakan pembinaan usia dini pada program pengembangan atlet lokal. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah PSSI yang sebenarnya. Pasalnya, jika kita akan terus menerus lebih memilih pemain naturalisasi, akan menjadi pukulan tersendiri bagi pemain lokal. Sulitnya mendapat tempat dan pengalaman dikarenakan posisinya di isi oleh pemain naturalisasi membuat pemain lokal sulit berkembang dan bahkan bisa menjadi kemunduran program pembangunan sepak bola di indonesia.


5. LOKAL GA KALAH JAGO

Ini nih, yang satu ini jangan sampai diremehkan. Pemain lokal kita sebenarnya sangat bagus dan memiliki potensi dibandingkan yang lain. Banyak orang yang mengatakan bahwa indonesia adalah Brazilnya Asia. Banyak talenta muda yang masih mentah. Dan lebih banyak lagi juga yang gagal mencapai performa terbaiknya karena tak memiliki program development yang baik. Jika kita berkaca pada pemain - pemain muda yang mampu berbicara banyak di level dunia, itu lah salah satu alasan saya mengatakan demikian. Merekapun sama - sama memiliki pemain berpotensi namun masih mentah, sehingga butuh polesan khusus untuk mencapai level tertingginya. Dan Indonesia belum memiliki polesannya.

Besar harapan bahwa kita tidak ketergantungan dengan mendatangkan pemain naturalisasi sebagai strategi mereka meningkatkan permainan timnas. Justru program naturalisasi seharusnya adalah strategi jangka pendek untuk menambah level timnas, bukan menjadi ajang yang menjadi judul dalam cerita. Tak selamanya menaturalisasi itu jalan terbaik untuk mendapatkan skuad timnas terbaik. Justru jika kita membuka kesempatan kepada pemain muda dan ditingkatkannya level liga nasional lebih tinggi akan dapat menciptakan pemain berpotensi dengan sendirinya.


Comments

Popular Posts