MP3EI : Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia's Economic Development)
Jakarta, 05/09/2014 MoF (Fiscal) News –
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (dalam bahasa
Inggris: Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia's Economic
Development) dengan singkatan MP3EI adalah sebuah pola induk perencanaan
ambisius dari pemerintah Indonesia untuk dapat mempercepat realisasi perluasan
pembangunan ekonomi dan pemerataan kemakmuran agar dapat dinikmati secara
merata di kalangan masyarakat.
Percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi ini akan didukung berdasarkan potensi demografi dan kekayaan sumber
daya alam, dan dengan keuntungan geografis masing-masing daerah.
Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Chairul Tanjung, mengatakan proyek Masterplan Percepatan
Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) menunjukkan hasil positif sejak meluncur
tiga tahun lalu. Hingga Agustus 2014, ada 383 proyek MP3EI yang sudah mencapai
tahap groundbreaking dengan nilai investasi Rp 863,5 triliun. "Indonesia
bisa menjadi negara maju dengan mempercepat pembangunan ekonomi," katanya
dalam acara refleksi tiga tahun MP3EI.
Dari seluruh proyek tersebut, 174 di
antaranya masuk kriteria investasi sektor riil dengan nilai Rp 441,2 triliun.
Di sektor infrastruktur, ada 209 proyek dengan nilai investasi Rp 422,3 triliun.
Chairul mengatakan, hingga akhir 2014, ada tujuh proyek yang memasuki fase
groundbreaking dengan nilai investasi Rp 13,1 triliun. (Baca: Pemerintah Minta
Jokowi Lanjutkan MP3EI)
Berdasarkan koridor atau wilayah,
proyek yang sudah masuk tahap groundbreaking antara lain di Sumatera sebanyak
65 proyek dengan nilai investasi Rp 134 triliun, Jawa (102 proyek, Rp 309
triliun), Kalimantan (177 proyek, Rp 94 proyek), Sulawesi (50 proyek, Rp 69,9
triliun), Bali (33 proyek, Rp 53,8 triliun), dan Papua-Maluku (36 proyek, Rp
108,7 triliun). (Baca: 132 Proyek MP3EI Berjalan di Akhir 2014)
Dilihar dari sisi pembiayaan, swasta
menjadi penyumbang terbesar dengan persentase 37,9 persen. Adapun pemerintah
dan perusahaan negara masing-masing memiliki proporsi 26,2 dan 15,6 persen.
Sedangkan sisanya, sebanyak 20,1 persen, merupakan pembiayaan campuran.
Chairul menuturkan gagasan dasar MP3EI
adalah pemerataan pembangunan untuk menciptakan kesejahteraan, transformasi,
dan peningkatan daya saing ekonomi Indonesia. Menurut dia, dengan kekayaan alam
dan sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi bisa didorong lebih tinggi.
"MP3EI juga memunculkan pusat perekonomian baru di setiap daerah,"
ujarnya.
Karena itu, Chairul berharap, setelah
MP3EI selesai pada 2025, Indonesia bisa masuk dalam daftar sepuluh negara
dengan perekonomian terbesar di dunia. Pendapatan per kapita saat itu
ditargetkan mencapai US$ 15 ribu dan pertumbuhan domestik bruto (PDB) senilai
US$ 4,5 triliun. "Pada 2045, saat Indonesia berusia 100 tahun, kita bisa
masuk dalam daftar tujuh besar perekonomian dunia."
Pemerintah menyiapkan 10 proyek
konektivitas utama yang akan dimulai (groundbreaking) tahun ini dengan total
investasi Rp 95,9 triliun. Lukita Dinarsyah Tuwo, Wakil Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional, mengatakan 10 proyek utama tersebut masuk dalam rencana
110 proyek infrastruktur Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) dengan total nilai investasi Rp 368,6 triliun.
Persiapan 10 proyek utama yang
groundbreaking tahun ini sudah mulai dilakukan tahun lalu. "Sisanya masih
tahap validasi untuk mengetahui nilai investasinya," ungkap Lukita.
Adapun proyek yang pembangunannya
dilakukan tahun ini antara lain Jalan Tol Medan-Kualanamu–Tebing Tinggi tahap
II sepanjang 60 kilometer dengan nilai investasi Rp 5,7 triliun, Dermaga Merak
VI senilai Rp 180 miliar, Water Conveyance Umbulan senilai Rp 1,9 triliun,
pembangunan double track kereta api dan fasilitas penunjang prasarana lintas
Pekalongan-Semarang senilai Rp 1,8 triliun, pembangunan MRT (Mass Rapid
Transit) jalur Utara-Selatan sebesar Rp 40 triliun.
Pembangunan jembatan Tayan (1.423
meter) senilai Rp 575 miliar, pembangunan pelabuhan Garongkong Rp 252 miliar,
pembangunan jalan tol Nusa Dua–Ngurah Rai–Benoa (9,7 kilometer) senilai Rp 2,2
triliun, pembangunan dermaga penumpang dan peti kemas pelabuhan Depapre Rp 200
miliar dan Jayapura Port dengan investasi Rp 43 triliun. Khusus untuk proyek jalan Tol
Medan-Kualanamu–Tebing Tinggi tahap II, pemerintah mengeluarkan dana dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebesar Rp 1,3 triliun dan pihak swasta
Rp 4,4 triliun. Proyek tersebut menggunakan skema Public Private Partnerships. Lukita menambahkan dari ke 10 proyek
utama tersebut, pelaksanaan tender enam di antaranya sudah dilakukan pada 2011.
Pembangunan proyek tersebut belum dapat dilaksanakan tahun lalu karena menunggu
kesiapan lain seperti kontrak dan ketersedian lahan.
Sementara terkait keseluruhan proyek
konektivitas MP3EI yang akan groundbreaking pada 2012, pemerintah mempersiapkan
beberapa koridor antara lain koridor Sumatera terdiri dari 34 proyek dengan
nilai investasi Rp 71,3 triliun, koridor Jawa dengan 31 proyek senilai Rp 216,5
triliun, koridor Kalimantan dengan 10 proyek senilai Rp 5,9 triliun, koridor
Sulawesi dengan sembilan proyek senilai Rp 3,8 triliun, koridor Bali-Nusa
Tenggara dengan delapan proyek senilai Rp 15 triliun, dan Papua-Kepulauan
Maluku dengan 18 proyek senilai Rp 56 triliun.
Armida S Alisjahbana, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional, sebelumnya menyebutkan tahun ini pemerintah
akan menggerakkan investasi prioritas yang masuk dalam rencana enam koridor
MP3EI yang membutuhkan investasi Rp 359,1 triliun. Investasi tersebut meliputi
22 kegiatan ekonomi utama yang terdiri dari 73 proyek.
Koridor Sumatera memiliki dua kegiatan
utama yang terdiri dari tujuh proyek dengan nilai investasi Rp 33,4 triliun,
koridor Jawa sebanyak delapan kegiatan utama yang terdiri dari 23 proyek dengan
nilai Rp 34,7 triliun, koridor Kalimantan sebanyak tiga kegiatan yang terdiri
dari 24 proyek dengan nilai Rp 134,7 triliun.
Sedangkan koridor Sulawesi sebanyak
tiga kegiatan yang terdiri dari 10 proyek dengan nilai Rp 34,3 triliun, koridor
Bali-Nusa Tenggara Timur sebanyak dua kegiatan terdiri dari tiga proyek dengan
nilai Rp 41,2 triliun, dan koridor Papua-Maluku empat kegiatan utama yang
terdiri enam proyek dengan nilai Rp 80,8 triliun.
Pelaksanaan
groundbreaking proyek infrastruktur tahun ini akan mendorong peningkatan
pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun dampaknya belum terasa dalam waktu dekat
melainkan baru saat proyek itu telah selesai dilaksanakan. Dalam
waktu dekat, pelaksanaan proyek tersebut akan mendorong investasi masuk ke
Indonesia dan menggerakkan beberapa sendi ekonomi. Namun, ia menilai
pengaruhnya tidak begitu besar tahun ini karena kondisi ekonomi beberapa negara
terkena dampak krisis ekonomi dunia. "Mungkin hanya banyak menciptakan
lapangan kerja," menurut Sri Adingsih,
Ekonom Universitas Gadjah Mada
Comments