Menepuk Pundak untuk Berjamaah
Photo by wajibbaca.com |
Saya masih ingat kala itu saya belum mengenal ajran ini. Padahal saya sudah berada dibangku kuliah. Kadang sedikit memalukan dan tak ingin mengingat-ingat kejadian waktu itu. Ketika itu saya sholat berjamaah berdua dengan salah satu imam masjid. Dalam konteks ini ketika berjamaah dengan dua orang akan menjalaninya bersebelahan dan bukan depan dan belakang. Nah, hal inilah yeng mendasari kejadian konyol atas dasar ketidaktahuan saya dalam menafsirkan arti menepuk pundak tersebut.
Jika Shalat
sendiri dan ingin berjamaah
Dari
Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu anhuma dia berkata:
بِتُّ فِي بَيْتِ خَالَتِي مَيْمُونَةَ فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِشَاءَ ثُمَّ جَاءَ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ نَامَ ثُمَّ قَامَ فَجِئْتُ فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِينِهِ فَصَلَّى خَمْسَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ نَامَ حَتَّى سَمِعْتُ غَطِيطَهُ أَوْ قَالَ خَطِيطَهُ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ
“Aku pernah
menginap di rumah bibiku, Maimunah. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pergi shalat ‘isya kemudian kembali ke rumah dan shalat sunnat empat
rakaat, kemudian beliau tidur. Saat tengah malam beliau bangun dan shalat
malam, aku lalu datang untuk ikut shalat bersama beliau dan berdiri di samping
kiri beliau. Kemudian beliau menggeserku ke sebelah kanannya, lalu beliau
shalat lima rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian tidur hingga aku mendengar
suara dengkur beliau. Setelah itu beliau kemudian keluar untuk shalat
(shubuh).” (HR. Al-Bukhari no. 656)
Menepuk Pundak
Setelah saya
mencari artikel tentang hal ini ternyata tidak ada dalil yang jelas tentang
darimana ajaran menepuk pundak. Namun hal ini konon menjadi penanda atau
isyarat untuk imamnya bahwa dibelakang ada makmum dan diberikan tepukan pada
pundak supaya beliau/imam mengeraskan dan memperjelas Bacaan Al fatihah & suratan
Al Quran-nya.
Waktu itu
kondisi saya memang dalam kondisi berjamaah dan bersampingan. Lalu saya ditepuk
pundaknya dan saya mulai kebingungan bagaimana dan harus berbuat apa. Setelah
imamnya sadar bahwa dibelakang ada makmum lagi, imamnya maju kedepan satu langkah dan waktu itu saya diingatkan
setelah selesai berjamaah bahwa setelah mendapat tepukan pundak merapatkan
barisan shaf kebelakang. Namun sekali lagi saya sampai saat ini belum menemukan
hadist yang pas untuk menjelaskan hal ini.
Sebenarnya
menepuk pundak seorang yang sedang shalat untuk tanda bahwa seorang yang
tadinya shalat sendiri lalu dijadikan imam hanyalah masalah nalar belaka.
Maksudnya agar orang tersebut mengetahui bahwa di belakangnya ada barisan
makmum yang mengkutinya. Tapi sama sekali tidak ada dalil yang mendasari
seseorang untuk menepuk pundak orang yang akan dijadikan sebagai imam. Baik
dari kitabullah maupun dari sunnah rasul-Nya. Makmum yang
datang belakangan sebaiknya tidak menarik kebelakang
seorang jamaah yang sudah berbaris rapi dan mapan dengan jamaah lain hal ini
karena shaf depan lebih baik dari pada shaf belakang. Hadits
yang menuntunkan untuk menarik seorang jamaah untuk menemani makmum yang
sendirian dibelakang adalah lemah sekali.
Demikian yang saya tangkap setelah mengumpulkan beberapa artikel. Semoga bermanfaat! Fastabiqul Khoiroot
Demikian yang saya tangkap setelah mengumpulkan beberapa artikel. Semoga bermanfaat! Fastabiqul Khoiroot
Comments